PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INTERAKTIF PADA MATERI MATEMATIKA GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI KELAS III SD NEGERI TONJONG 1 DENGAN KERJA KELOMPOK
Oleh:
Mariyati Wahyuningsih, S.Pd
Latar belakang
Belakangan ini
terdapat banyak gunjingan bahwa mutu pendidikan anak-anak di sekolah dasar
menurun. Pemahaman anak terhadap berbagai pelajaran yang diajarkan sangatlah
kurang dan tampaknya tidak mencerminkan semangat yang menggebu. Di pihak lain
para siswa dijejali banyak aturan dan materi, sehingga pelajaran di sekolah pun
bertambah sebagaimana Kebijakan pemerintah terbaru. Dengan lahirnya Kurikulum
2006 (KTSP) misalnya telah memberikan indikasi bahwa keberhasilan
penyelenggaraan multiprogram pendidikan tenaga kependidikan (PTK) dalam
meningkatkan jumlah guru pendidikan dasar dan menengah yang berkualifikasi
akademik minimal sarjana Strata 1 (S-1), cenderung berbanding terbalik dengan
keberhasilan upaya peningkatan mutu prestasi belajar siswa.
Dengan
menggunakan nilai murni UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) sebagai
ukuran kualitatif, tatkala guru-guru jenjang pendidikan dasar dan menengah yang
memenuhi kualifikasi akademik minimal sarjana Strata 1 (S-1) semakin masif
jumlahnya dari tahun ke tahun, ternyata ada tendensi prestasi belajar para
siswa untuk hampir seluruh mata pelajaran justru semakin merosot. Ini merupakan
paradok besar dalam dunia pendidikan (Suara Pembaruan, Agustus, 2007).
Meningkatkan
mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan, terutama bagi guru SD yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan
dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di era perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu
menggunakan berbagai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat
memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkannya. Namun masih sering
terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang
terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya.
Kurikulum berbasis
kompetensi di Sekolah Dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten
dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal ini akan dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Di samping itu,
kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru.. dalam menyajikan
pengalaman belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu
pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning
to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk
hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi
diri sendiri (learning to be).
Berdasarkan hal tersebut
diatas, penerapan model pembelajaran interaktif yang telah terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika perlu
diterapkan secara intensif dan berkesinambungan. Agar lebih optimal lagi
apabila kreativitas peserta didik dalam belajar ditingkatkan melalui pendekatan interaktif
dengan kerja kelompok.
Atas dasar pemikiran di atas penulis merasa tertarik untuk
menbeliti sebuah masalah yang penulis tuangkan dalam sebuah Karya Tulis Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul
“PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATERI MATEMATIKA GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI
KELAS III SD NEGERI TONJONG 1DENGAN
KERJA KELOMPOK”
Rumusan Masalah
Pertama, Apakah penerapan model pembelajaran interaktif dengan
kerja kelompok dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar peserta
didik pembelajaran Matematika di SD
Tonjong 1?
Tujuan Penelitian : Memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar peserta
didik mata pelajaran Matematika di Kelas 3 SD N Tonjong 1 dan guna memperoleh
gambaran umum tentang solusi terbaik guna meningkatkan hasil kinerja dan
kreativitas belajar pada mata pelajaran Matematika dengan model
pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok
Manfaat Penelitian: bagi guru dapat membantu memperbaiki / meningkatkan
proses hasil belajar dan mengajar mata pelajaran Matematika, bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan,
kreativitas dan hasil belajar siswa yang lebih tinggi, dan bagi sekolah dapat membantu
memperbaiki pembelajaran Matematika di SD Negeri Tonjong 1 Kabupaten Majalengka.
METODE PENELITIAN
Metode
yang digunakan metode Metode Deskriptif.
Penelitian diawali dengan pengkondisian (pra tindakan), yaitu menentukan dahulu
subyek penelitian yakni; siswa kelas 3 SD N Tonjong 1 Majalengka yang berjumlah
30 siswa, membentuk kelompok, menentukan nilai
standar ketuntasan kompetensi
minimal (KKM). Pembentukan kelompok secara acak dengan mempertimbangkan
prestasi akademik sebelumnya. Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam 5
kelompok,dengan formasi 6 orang siswa yang berprestasi baik, sedang dan kurang.
Rancangan
penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian terdiri atas 2 siklus.
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 08 September sampai 11 September 2008, dan
siklus 2 dilaksanakan dari tanggal 15 September sampai 18 September 2008. Prosedur
atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam
kegiatan yang berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadaptasi dari
Kemmis dan Mc Taggart (1990:14). tiap siklus terdiri dari empat komponen, yaitu
a) perencanaan (planing), b) tindakan
(acting), c) pengamatan (Observing), dan d) tindakan (reflecting). Untuk komponen tindakan dan
pengamatan untuk model ini dijadikan sebagai satu kesatuan.
Indikator
keberhasilan yang sesuai dengan tujuan akhir dari penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatnya presentase kemampuan siswa menyatakan pendapat, meningkatnya minat belajar siswa melalui
pendekatan interaktif belajar kelompok, dengan perolehan skor dalam persen (Depdiknas: 2004; 27) adalah sebagai berikut:
91% -100% :
sangat tinggi
75% - 90% : tinggi
60% - 74% :
sedang
40% - 59% :
rendah
kurang
dari 40% : sangat rendah
Hasil dan Pembahasan
Pada Siklus 1
Pada tahap perencanaan guru mengidentifikasi
masalah-masalah Matematika yang berkaitan dengan topik Geometri dan
pengukuran. Pada saat menganalisis dan merumuskan masalah, guru melakukan
diskusi dengan pembimbing dan observer untuk memperoleh persamaan persepsi
tentang topik, sehingga konsep/materi yang akan dibahas dalam pembelajaran
menjadi lebih mantap. Setelah selesai menganalisis dan merumuskan masalah, dan
berdikusi guru merancang model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok
yang akan diterapkan pada pembelajaran Matematika di kelas 3. Dalam merancang
model pembelajaran guru menyusun kelompok belajar peserta didik dan
merencanakan tugas kelompok. Guru juga menyiapkan instrumen berupa angket,
pedoman observasi, dan tes akhir.
Dalam mendesain model pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran
Matematika pada awalnya guru sebagai peneliti masih ragu apakah model
pembelajaran yang disusun sesuai dengan teori tentang model pembelajaran yang
dikehendaki. Peneliti kurang percaya diri
ketika membuat desain pembelajaran tersebut untuk pertama kali dilakukan.
Biasanya pada setiap pembelajaran peneliti tidak membuat persiapan mengajar
secara rinci,cukup membaca topik yang akan diajarkan, setelah itu
mengajarkannya kepada peserta didik dengan metode ceramah dan pemberian tugas
saja, dan pada akhir pembelajaran memberikan pekerjaan rumah ataupun mengadakan
ulangan untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi yang telah
diajarkannya. Dalam membuat rancangan/persiapan model pembelajaran interaktif,
guru..beberapa kali berkonsultasi kepada pembimbing untuk memastikan dan
memantapkan langkah-langkah kegiatan dalam kerja kelompok yang dilakukan dalam
pembelajaran Matematika di kelas 3 Sekolah Dasar.
Pada saat melakukan
tindakan, peneliti berupaya untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran
sesuai perencanaan. Namun karena kegiatan tersebut belum biasa dilakukan
peneliti, maka masih ada beberapa kendala yang dihadapi seperti kurangnya
referensi terhadap materi yang sedang dibahas. Untuk mengatasi kendala tersebut
peneliti mencoba menjadi lebih giat membaca beberapa buku materi Matematika
lainnya selain buku wajib Matematika yang dimiliki peserta didik. Hal itu
dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan sehingga peneliti menjadi lebih
percaya diri. Peneliti selain sebagai pengajar juga
berperan sebagai nara sumber dan sebagai fasilitator saat proses
pembelajaran. Agar lebih mantap dalam mengelola kelas, peneliti sangat terbuka
menerima masukan dari pembimbing sehingga memudahkan peneliti menggali lebih
dalam untuk memperkaya data penelitian sehingga komunikasi antara peneliti
dengan pembimbing,dan observer menjadi lebih harmonis.
Dalam menerapkan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran
Matematika di SD dengan kerja kelompok peserta didik, pada awalnya sulit untuk
bekerja dalam kelompok, terutama karena peserta didik yang pintar/pandai tidak
mau bergabung dengan peserta didik yang tidak/kurang pandai. Peserta didik yang
merasa dirinya pandai lebih suka belajar dan bekerja sendiri, umumnya tidak mau
diganggu maupun mengganggu orang lain. Peserta didik terkesan egois. Untuk
dapat menyatukan peserta didik dalam kelompok dan bekerja sama, guru berusaha
memberi penjelasan tentang pentingnya berbagi, bekerja sama, dan bersahabat
tanpa melihat/memperhatikan kepintaran atau kemampuan orang lain. Justru
peserta didik yang memiliki kelebihan daripada teman-temannya dapat membantunya
dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang belum dipahami dan
dimengerti. Setelah diberi penjelasan oleh guru tentang arti persahabatan dan
manfaat kerja sama serta kerja kelompok, akhirnya peserta didik mau membentuk
kelompok, melakukan diskusi, dan bekerja kelompok. Masing-masing peserta didik
telah membawa tugas minggu lalu dan langsung didiskusikan dalam kelompok untuk
membahas tugas yang diberikan selanjutnya oleh guru. Ketika guru..memberikan
tugas kelompok, peserta didik langsung duduk dalam kelompok dan langsung
berdiskusi dan mengerjakan tugas tersebut. Peserta didik dalam kelompok
berusaha memahami materi pelajaran dengan berdiskusi. Masing-masing anggota
kelompok mengemukakan pendapatnya dan seorang anggota kelompok mencatat hasil
diskusi.
Pada siklus pertama waktu yang digunakan cukup lama, terutama pada saat
diskusi kelompok untuk mengeksplorasi dan menyelidiki tentang materi yang
dibahas, sehingga menggunakan jam pelajaran berikutnya. Peserta didik belum
terbiasa mengalami pembelajaran interaktif, sehingga ada beberapa
kejadian-kejadian yang cukup mengejutkan. Seorang peserta didik menyatakan
bahwa kambing bisa lebih berat daripada sapi. Catatan lain dari hasil pengamatan
adalah bahwa guru..masih ragu dalam menjelaskan materi yang dibahas. Guru kurang
merata dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta didik dan guru tidak
membimbing diskusi peserta didik.
Kinerja belajar peserta didik semakin meningkat dibandingkan dengan
pembelajaran Matematika sebelum menggunakan model pembelajaran interaktif.
Model pembelajaran interaktif lebih menekankan pada aktivitas peserta didik.
Pada awal pembelajaran guru dan kelas memilih topik dan menemukan informasi.
Pada kegiatan ini peserta didik sangat antusias sekali dalam memilih topik yang
akan dibahas.
Peserta didik berusaha menemukan informasi tentang topik tersebut.
Tampak peserta didik saling berebut mengemukakan informasi (apa yang mereka
ketahui) tentang topik. Guru mengatur jalannya diskusi dengan cara menunjuk
peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara bergiliran dan tertib.
Disamping itu guru juga memerintahkan kepada peserta didik untuk mencatat
pernyataan masing-masing di kertas dan dikumpulkan kepada guru. Hampir semua
peserta didik mengemukakan pendapatnya, setelah itu peserta didik duduk dalam
kelompoknya yang telah dibentuk untuk berdiskusi dan bekerja kelompok.
Dalam
kerja kelompok peserta didik melakukan kegiatan eksplorasi tentang topik yang
dibahas. Masing-masing kelompok berusaha menampilkan hasil diskusi yang terbaik
dengan mengisi lembar kerja peserta didik dan menyimpulkannya serta membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang topik yang dibahas yang belum dimengerti dan
dipahami saat diskusi kelompok. Setelah diskusi kelompok, guru membuka diskusi
kelas dengan mengundang peserta didik mengajukan pertanyaan tentang topik yang
dibahas. Dari masing-masing kelompok pertanyaan yang diajukan umumnya beragam,
namun ada juga yang mirip ataupun sama persis. Pertanyaan yang datang dari satu
kelompok dilemparkan kepada kelompok lain untuk menjawab, selanjutnya guru menanyakan
pendapat kelompok lainnya untuk menanggapi pertanyaan dan jawaban tersebut.
Setelah itu guru menyimpulkannya sehingga akhirnya semua kelompok memiliki
pendapat dan persepsi yang sama tentang topik yang dibahas. Tampak hampir semua
peserta didik menunjukkan kinerja yang baik dalam pembelajaran Matematika ,
baik secara perorangan ataupun kinerja dalam kelompok. Peserta didik merasa
senang mengalami pembelajaran seperti itu. Semua pertanyaan peserta didik baik
yang muncul saat memilih topik yang akan dibahas maupun saat kegiatan
eksplorasi dapat terjawab semuanya. Peserta didik merasa pendapatnya sangat
dihargai sehingga peserta didik merasa puas. Setelah itu, guru dan peserta
didik memilih pertanyaan untuk dieksplorasi beberapa hari atau pada pertemuan
pembelajaran Pada pembelajaran Matematikapernyataan perorangan dan kelompok
dikompilasi dan dibandingkan dengan pernyataan peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok sebelumnya yang selanjutnya dilakukan refleksi untuk
memantapkan pernyataan sebelumnya yang masih belum lengkap, kemudian
diverifikasi menjadi pernyataan yang benar dan sesuai konsep/teori. Guru dan
peserta didik memilah pernyataan yang salah dengan pernyataan yang sudah benar.
Guru tidak dapat melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan rencana, waktu untuk menjelaskan tentang
langkah-langkah dan siswa menganalisis konsep tidak cukup dengan 60 menit dan pembelajaran nampak tergesa-gesa
sehingga nampak siswa masih belum puas dengan hasil diskusinya, hal ini terjadi
karena guru tidak memberitahu terhadap siswa alokasi waktu dalam menganalisis.
Sedangkan pengamatan terhadap minat siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup
tinggi yakni 69,10%, walaupun masih
ada 30,90% yang diluar kegiatan pembelajaran yaitu
melamun, usil dan membaca buku pelajaran lain. Untuk kemampuan siswa menyatakan pendapat melalui
pendekatan interaktif kerja kelompok pada materi geometri dan pengukuran pada siklus
ke-1 ini masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Nilai rata-ratanya 63,33%.
Berdasarkan temuan-temuan pada
silkus 1 dan analisis triangulasi antara guru, pembimbing, guru observer, dan siswa dalam refleksi,
skenario pembelajaran siklus kedua diperbaiki yaitu dalam manajemen waktu harus
tepat dengan memperjelas langkah-langkah siswa dalam menganalisis tentang
membaca tanda waktu jam setengah jam pada jarum jam. Untuk meningkatkan minat
siswa dalam proses pembelajaran dan nilai hasil belajar yakni dengan cara guru lebih
reaktif dan aktif membimbing siswa dalm
setiap kegiatan sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi siswa untuk ngobrol,
usil, dan mengerjakan kegiatan lain, sehingga diharapkan hasil belajarnyapun
semua siswa tuntas (nilai KKM minimal 57,00).
Pada Siklus 2
Kerja kelompok yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran
Matematika memotivasi peserta didik untuk belajar Matematika lebih baik.
Peserta didik berusaha memahami topik-topik Matematika dan mengumpulkan
pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat membaca dan belajar topik-topik
Matematika. Saat guru memberikan ulangan / tes kepada peserta didik, nilai
rata-rata peserta didik mencapai 78,83.
Selain kemampuan peserta didik dalam materi
Matematika yang dinilai, penilaian juga dilakukan oleh guru..saat
peserta didik melaksanakan kerja kelompok, diskusi kelompok, dan hasil diskusi
kelompok.
Penilain guru meliputi
kekompakkan, kerja sama, kepemimpinan, pembagian tugas, dan kemampuan
mengemukakan ide/pendapat saat diskusi. Pada awalnya peserta didik sulit untuk
bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya maupun memahami topik dan bagaimana
merumuskan pertanyaan yang muncul saat diskusi dan kerja kelompok. Setelah
beberapa kali melaksanakan kerja kelompok dan diskusi peserta didik sudah
terbiasa dan dapat mengemukakan pendapatnya tanpa malu-malu. Setelah beberapa
kali peserta didik mengalami pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif,
peserta didik dapat memilih sendiri topik yang akan dibahas dan berusaha
mengemukakan pendapatnya tentang topik tersebut dan membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan topik tersebut.
Hal-hal yang ditemukan pada siklus 2:
(1) minat siswa dalam proses pembelajaran meningkat pada TM 3 = 84,50%, pada TM 4 = 99,10% semua dalam kondisi siap
belajar. Pada kegiatan analisis tentang membaca tanda waktu jam setengah jam
pada jarum jam melalui media jam dinding dan pembelajaran model interaktif
kerja kelompok siswa nampak sangat antusias. Keterampilan guru..dalam
mengembangkan pendekatan interaktif kerja kelompok meningkat sebesar 16,80
%, yang semula pada siklus ke-1 rata-rata 75,00%
menjadi rata-rata 91,80% pada siklus
ke-2.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
dianalisis bersama observer dan pembimbing telah didapat peningkatan dari semua
aspek yang diteliti, dan sudah tercapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan
yakni kemampuan siswa menyatakan pendapat meningkat hingga rata-rata 78,83%
(semua siswa tuntas), untuk itu semua sepakat tidak melanjutkan pada
siklus ke tiga (penelitian dihentikan).
Setelah melakukan dan menyelesaikan
tindakan selama dua siklus peneliti bersama rekan guru yang bertindak sebagai
pengamat melakukan diskusi dan refleksi didapat data hasil seperti terlihat
pada tabel 4.1 dan diagram 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Tiap Aspek PTK
Selama Dua Siklus
No
|
Aspek Penelitian
|
Siklus ke-1
%
|
Siklus ke-2
%
|
Peningkatan
%
|
1
|
Minat belajar siswa dalam proses pembelajaran
|
69.10
|
75.77
|
6.67
|
2
|
Keterampilan guru..dalam mengembangkan
pendekatan interaktif kerja kelompok
|
75.00
|
91.80
|
16.80
|
3
|
Kemampuan siswa
menyatakan pendapat
|
63.67
|
78.83
|
15.16
|
Diagram 4.1 Hasil Tiap
Aspek PTK Selama Dua Siklus
Simpulan dan Saran
Simpulan
1.
Pada awal penerapan model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok, guru masih sulit membuat desain pembelajarannya. Namun setelah
melakukan diskusi dengan pembimbing dan guru observer tentang kekurangan dan
kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan para pengamat dan peneliti
memberikan masukan dan saran perbaikan serta antisipasi apabila menghadapi
kendala saat melaksanakan pembelajaran, guru dapat membuat desain pembelajaran
dengan baik.
2.
Pada penerapan model pembelajaran interaktif, awalnya
kegiatan guru..sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran. Namun beberapa
saat kemudian guru kurang percaya diri dan kegiatan kembali pada kegiatan
konvensional yang biasa dilakukannya, yaitu menjelaskan materi pelajaran. Namun
setelah beberapa kali melaksanakan pembelajaran dan berdiskusi dengan para
pengamat, guru..sudah lebih baik penampilannya dan lebih percaya diri.
Sementara itu siswa juga sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang
diterapkan guru.
3.
Setelah beberapa kali mengalami proses pembelajaran yang
diterapkan guru, kinerja siswa semakin meningkat. Siswa aktif melakukan diskusi
dan kerja kelompok. Sebelum pembelajaran dimulai siswa telah siap dengan tugas
yang diberikan guru pada pembelajaran sbelumnya. Kinerja belajar peserta didik
dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dengan
kerja kelompok meningkat. Peserta didik sangat antusias membahas topik dalam dikusi
dan berusaha menjawab dan menemukan informasi tentang topik. Peserta didik
aktif melakukan diskusi kelompok untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan
yang diajukan sebelumnya. Kerja kelompok dapat memperbaiki dan meningkatkan
kinerja belajar peserta didik dan kreativitas peserta didik meningkat. Peserta
didik berusaha untuk belajar lebih giat agar dapat menemukan dan membuat
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan saat pembelajaran
Matematikaberikutnya.
4.
Dengan kerja kelompok, siswa dapat saling bertukar
informasi dengan sesama anggota kelompok. Peserta didik aktif mengerjakan tugas
sesuai dengan beban dan tanggung jawab yang diberikan ketua kelompok. Setiap
anggota kelompok dapat bertanya kepada anggota lainnya jika dirinya belum paham
betul dengan tugas dan tanggung jawabnya serta anggota kelompok lain yang lebih
pandai dapat menjelaskan sehingga semua anggota kelompok memiliki persepsi dan
pendapat yang sama tentang topik yang dibahas.
5.
Setelah beberapa kali mengalami pembelajaran interaktif,
peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Setiap
pembelajaran Matematikapeserta didik selalu siap dengan tugas pekerjaan
rumahnya dan siap menyerahkannya kepada guru di kelas. Dalam pembelejaran
Matematikapeserta didik aktif terlibat dalam diskusi dan kerja kelompok. Tidak
ada siswa yang bermalas-malasan atau diam saja saat diskusi dan kerja kelompok.
Secara cekatan mereka melakukan diskusi dan kerja kelompok. Semua peserta didik
sudah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam kelompok.
Mereka kompak dan diantara mereka tidak ada yang saling menyalahkan atau merasa
dirinya lebih pintar dari teman yang lainnya.
6.
Kreativitas peserta didik yang terpelihara baik sangat
mendukung peningkatan prestasi belajarnya. Kinerja guru meningkat dan mereka
sudah dapat mengatasi kendala yang timbul saat penerapan pembelajaran
interaktif, antara lain dengan membaca banyak buku referensi Matematikaselain
buku yang dimiliki peserta didik dan menyiapkan tugas siswa berikut pedoman
penilaian dengan baik.
7.
Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model
pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok adalah bahwa peserta didik yang
merasa pandai tidak mau bekerja sama dengan teman yang tidak pandai. Guru sulit
mempersatukan mereka dalam sebuah kelompok. Setelah diberikan pengarahan
tentang pentingnya kerja sama dan saling berbagi, barulah siswa mau bergabung
dalam sebuah kelompok untuk berdiskusi dan bekerja sama.
Saran
1. Dalam mendesain rancangan pembelajaran, sebaiknya guru..membaca
buku pelajaran (buku paket) dan buku pendukung lainnya, meskipun materi
tersebut sudah dikuasai dengan baik, sehingga guru..lebih percaya diri dan
tidak ragu dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran interaktif harus sering diterapkan
guru..dalam setiap mata pelajaran di SD, terutama mata pelajaran Matematika ,
sehingga peserta didik terbiasa membaca dan belajar sebelum pelajaran dimulai.
Dengan membaca peserta didik dapat membuat pertanyaan tentang suatu pokok
bahasan atau materi pelajaran. Setelah peserta didik terbiasa membaca dan
membuat pertanyaan, peserta didik akan terbiasa mencari jawaban dari pertanyaan
yang dikemukakan sebelumnya.
3. Penghargaan Kelompok dalam proses pembelajaran, baik
pada Siklus 1 maupun siklus 2 bagi kelompok yang memiliki kinerja baik yang
diukur dari keaktifan tampil dan dari jumlah nilai dari anggota kelompok
selayaknya diberikan penghargaan berupa bonus nilai, hadiah (misal;makanan
ringan) dan tepuk tangan.
PUSTAKA RUJUKAN
Depdiknas, 2004. Pedoman
Penilaian Kelas. Jakarta: Puskur
Depdiknas.
Fajariah, Nur & Triatnawati, Dewi. 2008. Cerdas Berhitung MATEMATIKA untuk SD/MI Kelas III, Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Gulo. W. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Kemmis, S. dan Toggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin
University .
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan cooperative learning di ruang-ruang
kelas. Jakarta :
Grasindo Gramedia.
Mulyana, E.
2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung :
Rosdakarya.
Sumanto, Wasty. ,1998.Psikologi
Pendidikan. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Tim Bina
Karya Guru ,2006. Terampil Berhitung
Matematika untuk SD Kelas 3,Jakarta :
Erlangga.
Tim Pelatih PGSM.,1999. Penelitian Tindakan
Kelas. Proyek PGSM Jakarta: Depdikbud.
Wibawa, 2003. Basuki. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Dirtendik.
Winardi. J. Motivasi, 2001. Pemotivasian dan Manajemen. Jakarta: Raj
Grafindo.