Senin, 30 April 2012

Contoh Jurnal untuk PTK Model Pembelajaran Interaktif


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATERI MATEMATIKA GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI KELAS III  SD NEGERI TONJONG 1 DENGAN KERJA KELOMPOK
Oleh:
Mariyati Wahyuningsih, S.Pd
Latar belakang
Belakangan ini terdapat banyak gunjingan bahwa mutu pendidikan anak-anak di sekolah dasar menurun. Pemahaman anak terhadap berbagai pelajaran yang diajarkan sangatlah kurang dan tampaknya tidak mencerminkan semangat yang menggebu. Di pihak lain para siswa dijejali banyak aturan dan materi, sehingga pelajaran di sekolah pun bertambah sebagaimana Kebijakan pemerintah terbaru. Dengan lahirnya Kurikulum 2006 (KTSP) misalnya telah memberikan indikasi bahwa keberhasilan penyelenggaraan multiprogram pendidikan tenaga kependidikan (PTK) dalam meningkatkan jumlah guru pendidikan dasar dan menengah yang berkualifikasi akademik minimal sarjana Strata 1 (S-1), cenderung berbanding terbalik dengan keberhasilan upaya peningkatan mutu prestasi belajar siswa.
Dengan menggunakan nilai murni UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) sebagai ukuran kualitatif, tatkala guru-guru jenjang pendidikan dasar dan menengah yang memenuhi kualifikasi akademik minimal sarjana Strata 1 (S-1) semakin masif jumlahnya dari tahun ke tahun, ternyata ada tendensi prestasi belajar para siswa untuk hampir seluruh mata pelajaran justru semakin merosot. Ini merupakan paradok besar dalam dunia pendidikan (Suara Pembaruan, Agustus, 2007).
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi guru SD yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di era perkembangan teknologi. Guru  SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan berbagai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkannya. Namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya.
Kurikulum berbasis kompetensi di Sekolah Dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini akan dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Di samping itu, kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru.. dalam menyajikan pengalaman belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran interaktif yang telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika perlu diterapkan secara intensif dan berkesinambungan. Agar lebih optimal lagi apabila kreativitas peserta didik dalam belajar ditingkatkan melalui  pendekatan interaktif dengan kerja kelompok.
Atas dasar pemikiran di atas penulis merasa tertarik untuk menbeliti sebuah masalah yang penulis tuangkan dalam sebuah Karya Tulis Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATERI MATEMATIKA GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI KELAS III  SD NEGERI TONJONG 1DENGAN KERJA KELOMPOK”

Rumusan Masalah
Pertama, Apakah penerapan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar peserta didik  pembelajaran Matematika di SD Tonjong 1?
Tujuan Penelitian : Memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar peserta didik mata pelajaran Matematika di Kelas 3 SD N Tonjong 1 dan guna memperoleh gambaran umum tentang solusi terbaik guna meningkatkan hasil kinerja dan kreativitas belajar pada mata pelajaran Matematika dengan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok
Manfaat Penelitian: bagi guru  dapat membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar mata pelajaran Matematika, bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas dan hasil belajar siswa yang lebih tinggi, dan bagi sekolah dapat membantu memperbaiki pembelajaran Matematika di SD Negeri Tonjong  1 Kabupaten Majalengka.

METODE PENELITIAN
            Metode yang digunakan metode  Metode Deskriptif. Penelitian diawali dengan pengkondisian (pra tindakan), yaitu menentukan dahulu subyek penelitian yakni; siswa kelas 3 SD N Tonjong 1 Majalengka yang berjumlah 30 siswa, membentuk kelompok, menentukan nilai  standar  ketuntasan kompetensi minimal (KKM). Pembentukan kelompok secara acak dengan mempertimbangkan prestasi akademik sebelumnya. Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam 5 kelompok,dengan formasi 6 orang siswa yang berprestasi baik, sedang dan kurang.
Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian terdiri atas 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 08 September sampai 11 September 2008, dan siklus 2 dilaksanakan dari tanggal 15 September sampai 18 September 2008. Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart (1990:14). tiap siklus terdiri dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planing), b) tindakan (acting), c) pengamatan (Observing), dan d) tindakan (reflecting). Untuk komponen tindakan dan pengamatan untuk model ini dijadikan sebagai satu kesatuan.
Indikator keberhasilan yang sesuai dengan tujuan akhir dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya presentase kemampuan siswa menyatakan pendapat,  meningkatnya minat belajar siswa melalui pendekatan interaktif belajar kelompok, dengan perolehan skor dalam persen  (Depdiknas: 2004; 27) adalah sebagai berikut:
91% -100%                 : sangat tinggi
75%  - 90%                 : tinggi
60% - 74%                  : sedang
40% - 59%                  : rendah
            kurang dari 40%          : sangat rendah

Hasil dan Pembahasan

Pada Siklus 1
Pada tahap perencanaan guru mengidentifikasi masalah-masalah Matematika yang berkaitan dengan topik Geometri dan pengukuran. Pada saat menganalisis dan merumuskan masalah, guru melakukan diskusi dengan pembimbing dan observer untuk memperoleh persamaan persepsi tentang topik, sehingga konsep/materi yang akan dibahas dalam pembelajaran menjadi lebih mantap. Setelah selesai menganalisis dan merumuskan masalah, dan berdikusi guru merancang model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok yang akan diterapkan pada pembelajaran Matematika di kelas 3. Dalam merancang model pembelajaran guru menyusun kelompok belajar peserta didik dan merencanakan tugas kelompok. Guru juga menyiapkan instrumen berupa angket, pedoman observasi, dan tes akhir.
Dalam mendesain model pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran Matematika pada awalnya guru sebagai peneliti masih ragu apakah model pembelajaran yang disusun sesuai dengan teori tentang model pembelajaran yang dikehendaki. Peneliti kurang percaya diri ketika membuat desain pembelajaran tersebut untuk pertama kali dilakukan. Biasanya pada setiap pembelajaran peneliti tidak membuat persiapan mengajar secara rinci,cukup membaca topik yang akan diajarkan, setelah itu mengajarkannya kepada peserta didik dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja, dan pada akhir pembelajaran memberikan pekerjaan rumah ataupun mengadakan ulangan untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkannya. Dalam membuat rancangan/persiapan model pembelajaran interaktif, guru..beberapa kali berkonsultasi kepada pembimbing untuk memastikan dan memantapkan langkah-langkah kegiatan dalam kerja kelompok yang dilakukan dalam pembelajaran Matematika di kelas 3 Sekolah Dasar.
Pada saat melakukan tindakan, peneliti berupaya untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan. Namun karena kegiatan tersebut belum biasa dilakukan peneliti, maka masih ada beberapa kendala yang dihadapi seperti kurangnya referensi terhadap materi yang sedang dibahas. Untuk mengatasi kendala tersebut peneliti mencoba menjadi lebih giat membaca beberapa buku materi Matematika lainnya selain buku wajib Matematika yang dimiliki peserta didik. Hal itu dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan sehingga peneliti menjadi lebih percaya diri. Peneliti selain sebagai pengajar juga  berperan sebagai nara sumber dan sebagai fasilitator saat proses pembelajaran. Agar lebih mantap dalam mengelola kelas, peneliti sangat terbuka menerima masukan dari pembimbing sehingga memudahkan peneliti menggali lebih dalam untuk memperkaya data penelitian sehingga komunikasi antara peneliti dengan pembimbing,dan observer menjadi lebih harmonis.
Dalam menerapkan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Matematika di SD dengan kerja kelompok peserta didik, pada awalnya sulit untuk bekerja dalam kelompok, terutama karena peserta didik yang pintar/pandai tidak mau bergabung dengan peserta didik yang tidak/kurang pandai. Peserta didik yang merasa dirinya pandai lebih suka belajar dan bekerja sendiri, umumnya tidak mau diganggu maupun mengganggu orang lain. Peserta didik terkesan egois. Untuk dapat menyatukan peserta didik dalam kelompok dan bekerja sama, guru berusaha memberi penjelasan tentang pentingnya berbagi, bekerja sama, dan bersahabat tanpa melihat/memperhatikan kepintaran atau kemampuan orang lain. Justru peserta didik yang memiliki kelebihan daripada teman-temannya dapat membantunya dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang belum dipahami dan dimengerti. Setelah diberi penjelasan oleh guru tentang arti persahabatan dan manfaat kerja sama serta kerja kelompok, akhirnya peserta didik mau membentuk kelompok, melakukan diskusi, dan bekerja kelompok. Masing-masing peserta didik telah membawa tugas minggu lalu dan langsung didiskusikan dalam kelompok untuk membahas tugas yang diberikan selanjutnya oleh guru. Ketika guru..memberikan tugas kelompok, peserta didik langsung duduk dalam kelompok dan langsung berdiskusi dan mengerjakan tugas tersebut. Peserta didik dalam kelompok berusaha memahami materi pelajaran dengan berdiskusi. Masing-masing anggota kelompok mengemukakan pendapatnya dan seorang anggota kelompok mencatat hasil diskusi.
Pada siklus pertama waktu yang digunakan cukup lama, terutama pada saat diskusi kelompok untuk mengeksplorasi dan menyelidiki tentang materi yang dibahas, sehingga menggunakan jam pelajaran berikutnya. Peserta didik belum terbiasa mengalami pembelajaran interaktif, sehingga ada beberapa kejadian-kejadian yang cukup mengejutkan. Seorang peserta didik menyatakan bahwa kambing bisa lebih berat daripada sapi. Catatan lain dari hasil pengamatan adalah bahwa guru..masih ragu dalam menjelaskan materi yang dibahas. Guru kurang merata dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta didik dan guru tidak membimbing diskusi peserta didik.
Kinerja belajar peserta didik semakin meningkat dibandingkan dengan pembelajaran Matematika sebelum menggunakan model pembelajaran interaktif. Model pembelajaran interaktif lebih menekankan pada aktivitas peserta didik. Pada awal pembelajaran guru dan kelas memilih topik dan menemukan informasi. Pada kegiatan ini peserta didik sangat antusias sekali dalam memilih topik yang akan dibahas.
Peserta didik berusaha menemukan informasi tentang topik tersebut. Tampak peserta didik saling berebut mengemukakan informasi (apa yang mereka ketahui) tentang topik. Guru mengatur jalannya diskusi dengan cara menunjuk peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara bergiliran dan tertib. Disamping itu guru juga memerintahkan kepada peserta didik untuk mencatat pernyataan masing-masing di kertas dan dikumpulkan kepada guru. Hampir semua peserta didik mengemukakan pendapatnya, setelah itu peserta didik duduk dalam kelompoknya yang telah dibentuk untuk berdiskusi dan bekerja kelompok.
Dalam kerja kelompok peserta didik melakukan kegiatan eksplorasi tentang topik yang dibahas. Masing-masing kelompok berusaha menampilkan hasil diskusi yang terbaik dengan mengisi lembar kerja peserta didik dan menyimpulkannya serta membuat pertanyaan-pertanyaan tentang topik yang dibahas yang belum dimengerti dan dipahami saat diskusi kelompok. Setelah diskusi kelompok, guru membuka diskusi kelas dengan mengundang peserta didik mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas. Dari masing-masing kelompok pertanyaan yang diajukan umumnya beragam, namun ada juga yang mirip ataupun sama persis. Pertanyaan yang datang dari satu kelompok dilemparkan kepada kelompok lain untuk menjawab, selanjutnya guru menanyakan pendapat kelompok lainnya untuk menanggapi pertanyaan dan jawaban tersebut. Setelah itu guru menyimpulkannya sehingga akhirnya semua kelompok memiliki pendapat dan persepsi yang sama tentang topik yang dibahas. Tampak hampir semua peserta didik menunjukkan kinerja yang baik dalam pembelajaran Matematika , baik secara perorangan ataupun kinerja dalam kelompok. Peserta didik merasa senang mengalami pembelajaran seperti itu. Semua pertanyaan peserta didik baik yang muncul saat memilih topik yang akan dibahas maupun saat kegiatan eksplorasi dapat terjawab semuanya. Peserta didik merasa pendapatnya sangat dihargai sehingga peserta didik merasa puas. Setelah itu, guru dan peserta didik memilih pertanyaan untuk dieksplorasi beberapa hari atau pada pertemuan pembelajaran Pada pembelajaran Matematikapernyataan perorangan dan kelompok dikompilasi dan dibandingkan dengan pernyataan peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok sebelumnya yang selanjutnya dilakukan refleksi untuk memantapkan pernyataan sebelumnya yang masih belum lengkap, kemudian diverifikasi menjadi pernyataan yang benar dan sesuai konsep/teori. Guru dan peserta didik memilah pernyataan yang salah dengan pernyataan yang sudah benar.
            Guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana, waktu untuk menjelaskan tentang langkah-langkah dan siswa menganalisis konsep tidak cukup dengan 60 menit dan pembelajaran nampak tergesa-gesa sehingga nampak siswa masih belum puas dengan hasil diskusinya, hal ini terjadi karena guru tidak memberitahu terhadap siswa alokasi waktu dalam menganalisis. Sedangkan pengamatan terhadap minat siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup tinggi yakni 69,10%, walaupun masih ada 30,90%  yang diluar kegiatan pembelajaran yaitu melamun, usil dan membaca buku pelajaran lain. Untuk  kemampuan siswa menyatakan pendapat melalui pendekatan interaktif kerja kelompok pada materi geometri dan pengukuran pada siklus ke-1 ini masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Nilai rata-ratanya 63,33%.
            Berdasarkan temuan-temuan pada silkus 1 dan analisis triangulasi antara guru, pembimbing,  guru observer, dan siswa dalam refleksi, skenario pembelajaran siklus kedua diperbaiki yaitu dalam manajemen waktu harus tepat dengan memperjelas langkah-langkah siswa dalam menganalisis tentang membaca tanda waktu jam setengah jam pada jarum jam. Untuk meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran dan nilai hasil belajar yakni dengan cara guru lebih reaktif dan aktif membimbing siswa  dalm setiap kegiatan sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi siswa untuk ngobrol, usil, dan mengerjakan kegiatan lain, sehingga diharapkan hasil belajarnyapun semua siswa tuntas (nilai KKM minimal 57,00).

Pada Siklus 2
Kerja kelompok yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran Matematika memotivasi peserta didik untuk belajar Matematika lebih baik. Peserta didik berusaha memahami topik-topik Matematika dan mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat membaca dan belajar topik-topik Matematika. Saat guru memberikan ulangan / tes kepada peserta didik, nilai rata-rata peserta didik mencapai 78,83. Selain kemampuan peserta didik dalam materi  Matematika yang dinilai, penilaian juga dilakukan oleh guru..saat peserta didik melaksanakan kerja kelompok, diskusi kelompok, dan hasil diskusi kelompok.
Penilain guru meliputi kekompakkan, kerja sama, kepemimpinan, pembagian tugas, dan kemampuan mengemukakan ide/pendapat saat diskusi. Pada awalnya peserta didik sulit untuk bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya maupun memahami topik dan bagaimana merumuskan pertanyaan yang muncul saat diskusi dan kerja kelompok. Setelah beberapa kali melaksanakan kerja kelompok dan diskusi peserta didik sudah terbiasa dan dapat mengemukakan pendapatnya tanpa malu-malu. Setelah beberapa kali peserta didik mengalami pembelajaran dengan model pembelajaran interaktif, peserta didik dapat memilih sendiri topik yang akan dibahas dan berusaha mengemukakan pendapatnya tentang topik tersebut dan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan topik tersebut.
            Hal-hal yang ditemukan pada siklus 2: (1) minat siswa dalam proses pembelajaran meningkat pada TM 3 = 84,50%, pada TM 4 = 99,10% semua dalam kondisi siap belajar. Pada kegiatan analisis tentang membaca tanda waktu jam setengah jam pada jarum jam melalui media jam dinding dan pembelajaran model interaktif kerja kelompok siswa nampak sangat antusias. Keterampilan guru..dalam mengembangkan pendekatan interaktif kerja kelompok meningkat sebesar 16,80 %, yang semula pada siklus ke-1 rata-rata 75,00% menjadi rata-rata 91,80% pada siklus ke-2.
            Berdasarkan hasil pengamatan dan dianalisis bersama observer dan pembimbing telah didapat peningkatan dari semua aspek yang diteliti, dan sudah tercapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan yakni kemampuan siswa menyatakan pendapat meningkat hingga rata-rata 78,83%  (semua siswa tuntas), untuk itu semua sepakat tidak melanjutkan pada siklus ke tiga (penelitian dihentikan).
            Setelah melakukan dan menyelesaikan tindakan selama dua siklus peneliti bersama rekan guru yang bertindak sebagai pengamat melakukan diskusi dan refleksi didapat data hasil seperti terlihat pada tabel 4.1 dan diagram 4.1.

Tabel  4.1 Hasil Tiap Aspek PTK Selama Dua Siklus
No
Aspek Penelitian

Siklus ke-1
%
Siklus ke-2
%
Peningkatan
%
1
Minat belajar siswa dalam proses pembelajaran
69.10
75.77
6.67
2
Keterampilan guru..dalam mengembangkan pendekatan interaktif kerja kelompok
75.00
91.80
16.80
3
Kemampuan siswa  menyatakan  pendapat
63.67
78.83
15.16

Diagram 4.1 Hasil Tiap Aspek PTK Selama Dua Siklus

Simpulan dan Saran
Simpulan
1.      Pada awal penerapan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok, guru masih sulit membuat desain pembelajarannya. Namun setelah melakukan diskusi dengan pembimbing dan guru observer tentang kekurangan dan kelebihan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan para pengamat dan peneliti memberikan masukan dan saran perbaikan serta antisipasi apabila menghadapi kendala saat melaksanakan pembelajaran, guru dapat membuat desain pembelajaran dengan baik.
2.      Pada penerapan model pembelajaran interaktif, awalnya kegiatan guru..sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran. Namun beberapa saat kemudian guru kurang percaya diri dan kegiatan kembali pada kegiatan konvensional yang biasa dilakukannya, yaitu menjelaskan materi pelajaran. Namun setelah beberapa kali melaksanakan pembelajaran dan berdiskusi dengan para pengamat, guru..sudah lebih baik penampilannya dan lebih percaya diri. Sementara itu siswa juga sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan guru.
3.      Setelah beberapa kali mengalami proses pembelajaran yang diterapkan guru, kinerja siswa semakin meningkat. Siswa aktif melakukan diskusi dan kerja kelompok. Sebelum pembelajaran dimulai siswa telah siap dengan tugas yang diberikan guru pada pembelajaran sbelumnya. Kinerja belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok meningkat. Peserta didik sangat antusias membahas topik dalam dikusi dan berusaha menjawab dan menemukan informasi tentang topik. Peserta didik aktif melakukan diskusi kelompok untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Kerja kelompok dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar peserta didik dan kreativitas peserta didik meningkat. Peserta didik berusaha untuk belajar lebih giat agar dapat menemukan dan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan saat pembelajaran Matematikaberikutnya.
4.      Dengan kerja kelompok, siswa dapat saling bertukar informasi dengan sesama anggota kelompok. Peserta didik aktif mengerjakan tugas sesuai dengan beban dan tanggung jawab yang diberikan ketua kelompok. Setiap anggota kelompok dapat bertanya kepada anggota lainnya jika dirinya belum paham betul dengan tugas dan tanggung jawabnya serta anggota kelompok lain yang lebih pandai dapat menjelaskan sehingga semua anggota kelompok memiliki persepsi dan pendapat yang sama tentang topik yang dibahas.
5.      Setelah beberapa kali mengalami pembelajaran interaktif, peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Setiap pembelajaran Matematikapeserta didik selalu siap dengan tugas pekerjaan rumahnya dan siap menyerahkannya kepada guru di kelas. Dalam pembelejaran Matematikapeserta didik aktif terlibat dalam diskusi dan kerja kelompok. Tidak ada siswa yang bermalas-malasan atau diam saja saat diskusi dan kerja kelompok. Secara cekatan mereka melakukan diskusi dan kerja kelompok. Semua peserta didik sudah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam kelompok. Mereka kompak dan diantara mereka tidak ada yang saling menyalahkan atau merasa dirinya lebih pintar dari teman yang lainnya.
6.      Kreativitas peserta didik yang terpelihara baik sangat mendukung peningkatan prestasi belajarnya. Kinerja guru meningkat dan mereka sudah dapat mengatasi kendala yang timbul saat penerapan pembelajaran interaktif, antara lain dengan membaca banyak buku referensi Matematikaselain buku yang dimiliki peserta didik dan menyiapkan tugas siswa berikut pedoman penilaian dengan baik.
7.      Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok adalah bahwa peserta didik yang merasa pandai tidak mau bekerja sama dengan teman yang tidak pandai. Guru sulit mempersatukan mereka dalam sebuah kelompok. Setelah diberikan pengarahan tentang pentingnya kerja sama dan saling berbagi, barulah siswa mau bergabung dalam sebuah kelompok untuk berdiskusi dan bekerja sama.

Saran
1.      Dalam mendesain rancangan pembelajaran, sebaiknya guru..membaca buku pelajaran (buku paket) dan buku pendukung lainnya, meskipun materi tersebut sudah dikuasai dengan baik, sehingga guru..lebih percaya diri dan tidak ragu dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2.      Model pembelajaran interaktif harus sering diterapkan guru..dalam setiap mata pelajaran di SD, terutama mata pelajaran Matematika , sehingga peserta didik terbiasa membaca dan belajar sebelum pelajaran dimulai. Dengan membaca peserta didik dapat membuat pertanyaan tentang suatu pokok bahasan atau materi pelajaran. Setelah peserta didik terbiasa membaca dan membuat pertanyaan, peserta didik akan terbiasa mencari jawaban dari pertanyaan yang dikemukakan sebelumnya.
3.      Penghargaan Kelompok dalam proses pembelajaran, baik pada Siklus 1 maupun siklus 2 bagi kelompok yang memiliki kinerja baik yang diukur dari keaktifan tampil dan dari jumlah nilai dari anggota kelompok selayaknya diberikan penghargaan berupa bonus nilai, hadiah (misal;makanan ringan) dan tepuk tangan.



PUSTAKA  RUJUKAN
Depdiknas, 2004. Pedoman Penilaian  Kelas. Jakarta: Puskur Depdiknas.
Fajariah, Nur & Triatnawati, Dewi. 2008. Cerdas Berhitung MATEMATIKA untuk SD/MI Kelas III, Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Kemmis, S. dan Toggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo Gramedia.
Mulyana, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.
Sumanto, Wasty. ,1998.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Bina Karya Guru ,2006. Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas 3,Jakarta: Erlangga.
Tim Pelatih PGSM.,1999. Penelitian Tindakan Kelas. Proyek PGSM  Jakarta: Depdikbud.
Wibawa, 2003. Basuki. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen  Dirtendik.
Winardi. J. Motivasi, 2001. Pemotivasian dan Manajemen. Jakarta: Raj Grafindo.

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk Guru


Pada tahun 2009, telah diterbitkan Permennegpan dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tetang pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) untuk guru. Apa sebenarnya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk guru itu? Tulisan kali ini akan mengulas tinjauan umum tentang hal tersebut. 

Upaya untuk mencapai visi pendidikan yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif memerlukan perhatian khusus pada guru sebagai tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam hal ini. Profesi guru dipandang perlu untuk dikembangkan sebagai profesi bermartabat sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005. 

Salah satu konsekuensinya, maka jabatan guru sebagai profesi memerlukan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dianggap sebagai salah satu sistem yang dinilai akan dapat membantu mewujudkan terbentuknya guru-guru profesional. Berdasarkan permennegpan dan reformasi birokrasi nomor 16 tahun 2009 di atas, pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. 

PKB pada tahun 2012 nanti merupakan salah satu komponen pada unsur utama yang pada kegiatannya akan diberikan angka kredit selain (a) Pendidikan; (b) Pembelajaran/Bimbingan; dan (c) penunjang. 

Ada 3 (tiga) unsur kegiatan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan, yaitu: 

1. Pengembangan Diri, meliputi: 
(a) mengikuti diklat fungsional; dan 
(b) melaksanakan kegiatan kolektif guru. 

2. Publikasi Ilmiah, meliputi: 
(a) membuat publikasi ilmiah hasil penelitian; dan 
(b) membuat publikasi buku 

3. Karya Inovatif, meliputi: 
(a) menemukan teknologi tepat guna, 
(b) menemukan/menciptakan karya seni; 
(c) membuat/memodifikasi alat pelajaran; 
(d) mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya. 

Tulisan ini dibuat dengan mengacu pada buku PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU, Buku 4 Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Angka Kreditnya yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan tahun 2010. 


Baca Juga:
Langganan
Get It